DO'A BERSAMA KEPADA PAHLAWAN REVOLUSI

Minggu (30/9) Dalam rangka memperingati dan mengenang para pahlawan revolusi  korban kebiadaban G 30 S/PKI prajurit TNI dan PNS Kodim 0726 Sukoharjo melaksanakan kegiatan do’a bersama di aula Makodim setempat,
Kegiatan yang di awali sholat Magrib berjama'ah dengan imam Pelda Widodo dan di lanjutkan pembacaan  Surat Yasin, Dzikir dan Tahlil serta ditutup dengan Do'a bersama yang ditujukan untuk segenap para pahlawan terutama Pahlawan Revolusi korban kebiadaban PKI. 
Kasdim 0726/Sukoharjo Mayor Arh Sugeng yang membacakan amanat Danrem 074 Wrt sebelum acara dimulai menyampaikan "Agar kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, Acara do'a bersama yang kita laksanakan ini berkenaan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2012 yang mana tanggal 30 September 1965 telah terjadi makar terhadap pemerintah Republik Indonesia oleh gerakan 30 September yang didalangi oleh partai Komunis. Gerakan pengkhianatan tersebut bertujuan untuk menggantikan ideologi dan falsafah Pancasila dengan ideologi lain yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal itu terjadi disebabkan kelengahan dan kekurang waspadaan kita bersama, oleh karena itu kita berikrar bahwa tragedi nasional tersebut tidak akan terulang lagi. Tujuan kita laksanakan do'a bersama ini untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, utamanya tujuh pahlawan revolusi yang gugur oleh pengkhianatan dan kekejaman PKI. Sekaligus kita jadikan sebagai bahan evaluasi, dan instrospeksi terhadap diri kita tentang apa yang telah kita perbuat, dan kita sumbangkan kepada bangsa dan negara sesuai dengan fungsi serta tugas kita masing -masing. Sebagai prajunt TNI dan PNS kita bertekad untuk tidak pernah lagi mengalami tragedi yang sama di masa depan. Sikap TNI dalam menghadapi komunis adalah tegas, menempatkan faham komunis sebagai ancaman potensial dan merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai setiap saat. Kita juga harus selalu mencermati akan strategi komunis yang selalu memutarbalikkan fakta sejarah, penyusupan ke berbagai elemen dan menghalalkan segala cara, dengan menanamkan jiwa anti ketuhanan (atheisme) menggunakan organisasi sebagai kedok baik organisasi politik maupun organisasi massa serta melakukan adu-domba. Bagi komunis tidak ada istilah kawan abadi, tidak ada lawan abadi yang ada hanya kepentingan abadi dalam doktrin perjuangannya. Paham tersebut sewaktu-waktu akan muncul kembali apabila kita lengah dan dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena kelengahan akan berakibat kehancuran, kehancuran akan berakibat kekalahan dan kekalahan akan berakibat kesengsaraan, sehingga bahaya komunis merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai oleh seluruh komponen bangsa. termasuk TNI. TNI menjadi benteng terakhir bangsa yang selalu siap untuk menjaga keselamatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari rongrongan PKI. Sebagai komponen bangsa mari kita bulatkan tekad guna mempertahankan kedamaian dan keutuhan bangsa dan negara yang kita cintai ini, dituntut kewaspadaan terhadap lingkungan kerja, lingkungan keluarga dari tindakan yang bersifat adu domba, provokasi atau perbuatan yang sengaja menimbulkan isu Sara yang bertujuan memecah belah keutuhan bangsa dan negara. Mari bersama-sama kita renungkan peristiwa tragedi nasional tersebut sebagai motivasi dalam melaksanakan tugas kita sebagai aparat TNI dalam melaksanakan tugas pokok. Yaitu mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta kita harus waspada terhadap kemungkinan timbulnya kembali bahaya laten komunis di Indonesia, khususnya di wilayah Surakarta. Mari kita tingkatkan soliditas TNI dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemanunggalan TNI rakyat, mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berkembangnya atau kembalinya faham komunis, serta mengajak masyarakat untuk mempertahankan dan mengamalkan Pancasila dengan sebalk -baiknya.