IAIN SURAKARTA GELAR SEMINAR NASIONAL & GRAND OPENING PELATIHAN BELA NEGARA

Sukoharjo (24/11/18) Seminar Nasional dan Grand Opening Pelatihan Bela Negara diselenggarakan oleh Dema IAIN Surakarta di desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, pada hari Jumat (23/11) pukul 08.30 s.d 11.35 Wib.


Kegiatan Seminar Nasional dan Grand Opening Pelatihan Bela Negara ini digelar di Gedung Pasca Sarjana lantai 4 IAIN Surakarta Ds.Pucangan Kec.Kartasura Kab.Sukoharjo, dengan ketua Panitia sdri Medita Putri (Ketua Panitia /Mahasiswa IAIN) yang dihadiri sekitar 300 orang.



Hadir dalam kegiatan tersebut Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd (Rektor IAIN), Syamsul Bakcri,M.Ag (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan IAIN Surakarta), Dr. Zainul Abas, S.Ag. MAg (Dekan Pascarjana lAIN Surakarta/ FKUB Kab. Sukoharjo), Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd (Guru Besar Universitas Sebelas Maret), Marskal Pertama Latif Ainul Yaqin, SE MM (Kepala Kemenhan Perwakilan Jateng), Kapten Inf Suroso (Mewakili Dandim 0726/Skh), Fadilah Burhan (Moderator), Ekwan Caniago komonitas (Kader Bela Negara Sukoharjo), Gunawan (Kader Bela Negara Surakarta), Nur Rohman (Pembina Denma IAIN mewakili Rektor IAIN), Huda Rahman Hakim (Ketua Umum DEMA IAIN Surakarta ), Rasuli ( ketua Dema Fakultas Usuludin dan Dakwah ), Sari Asih Guritno (Presiden BEM IAIN Surakarta), M Nur Habib (Ketua Panitia/ Mahasiswa IAIN), Medita Putri (Ketua Panitia ) dan para Mahasiswa IAIN Surakarta.

Sambutan Rasuli ( ketua Dema Fakultas Usuludin dan Dakwah ) megatakan bahwa kegiatan ini di selenggarakan atas kerja sama Denma IAIN dan Usuludin. Dengan kegiatan ini di harapkan mahasiswa secara umum akan dapat menjalankan pancasila dan UUD 45 secara utuh. Menurutnya Bela negara dapat di lakukan oleh semua orang masyarakat dan warga Indonesia, bela negara tidak hanya milik satu kelompok saja, mahasiswa juga mempunyai hak yang sama, kegiatan ini telah di supot oleh kementrian pertahanan RI.

Adapun ibu Sari Asih Guritno (Presiden BEM IAIN Surakarta) dalam sambutannya menyampaikan Konsep bela negara tidak selamanya harus bersifat militer, tetapi bisa juga bersifat akademik dan alhamdullilah dari kursi yang kita siapkan sejumlah 300, ternyata penuh dan yang hadir melebihi kursi yang kita siapkan. Ini menunjukan bahwa mahasiswa IAIN sangat bersemangat dan antusias untuk ikut membela negara ini. Kiranya tidak banyak yang saya sampaikan mohon maaf bila ada kata- kata saya yang tidak berkenan.

Sementara itu Kepala Akademik Kemahasiswaan IAIN bapak Rudi Hartono menyampaikan bahwa acara ini di rintis sudah satu tahun lalu di Malaysia dan Thailand serta di tindak lanjuti di Jogjakarta. Dikatakan bahwa permasalaham bangsa ini tidak bisa di selesaikan hanya dengan politik dan militer saja, tentunya juga memerlukan langkah kebersamaan yaitu dengan bergandengan tangan dan bekerja sama oleh semua elemen anak bangsa, sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga kegiatan ini dapat di laksanakan.

Marskal Pertama Latif Ainul Yaqin, SE MM (Kepala Kemenhan Perwakilan Jateng) manyatakan bahwa Rasa cinta bisa di wujudkan dan di lihat dari prilaku dan perbuatan. Dalam pertahanan negara ada pertahanan militer dan non militer, kalau pertahanan militer sudah jelas tetapi yang non militer saya sampaikan belum maksimal, tetapi bila negara dalam keadaan perang, dan resolusi jihad di tawarkan kepada adik adik siapa yang mau berangkat jihad, maka semuanya akan ikut, karena apa bila mati dalam jihad maka mati syahid, artinya jihad adalah berbuat baik, jihad tidak harus berangkat perang, sebagai mahasiswa berbuat dan bersikap sesui aqidah maka itu juga jihad karena itu di niat.

Kita harus sadar bahwa keberadaan kita ini di mulai dari perbedaan, ada sejarah yang menjadi tonggak bangsa kita yaitu sumpah pemuda, mereka hadir dari perbedaan ada dari jong java,jong ambon, tetapi bersumah tanah air yang satu tanah air Indonesia. Tantangan masa depan, yang jelas NKRI harus kuat artinya di dalam NKRI ada ekonomi, politik, idiologi harus tidak terjadi maslah, apa bila terjadi masalah maka akan dapat melemahkan NKRI. Untuk menjadi NKRI yang kuat, maka harus dindukung oleh potensi dari seluruh unsur, mulai manusianya, ekonominya, politiknya.

Kejadian teroris di tempat kita sangat menggangu stabilitas negara kita, terjadinya konfik tidak murni konflik tetapi karena adanya kepentingan, untuk itu saya sampaikan kita jangan mau kita di adu domba. Negara kita ini terlalu banyak enerji yang di keluarkan tetapi untuk hal yang tidak jelas. Kita harus tau kebutuhan enerji kita 2023 akan habis, dengan berperan dan rasa cinta tanah air adalah bagian dari iman.

Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd (Guru Besar Universitas Sebelas Maret) mengatakan Kehadiran bangsa dunia, di samping menyodorkan sistem keyakinan dan peradaban, menempatan agama sebagai sistem religio-politik tradisional. Agama kemudian mengisi tujuan publik, dan raja menghormati otoritas ulama sebagai pemimpin keegamaan. Kehadiran kolonialisme mengenalkan sekularisasi dan matang pada akhir abad ke-19 yang ditandai dengan berdirinya sekolah modern yang sekuler.

Pada Sarikat Islam (S1) menyumbang ide modern civic nationalisme (nasionalisme masyarakat bangasa) menjadi pedoman kaum perheralatan. Masyarakat Nusantara adalah masyarakat komunal dengan paradigma, sistem sosial dan budaya yang agraris dan maritim, masyarakat komunal yang saling berelasi dan interaksi intens dengan prinsip, rukun dan damai, gotong royong, dan saling membantu.

Kehadiran bangsa dunia dengan sistem keyakínan dan budaya peradaban baru itu, mendorong mereka tumbuh menjadi masyarakat organik yang mengutamakan kepentingan umum dari pada pribadi. Dalam perspetif sosio-antropologis dan sosiologis perkenalan dan kehadiran bangsa dunia, dengan sistem keyakinan dan peradabannya, menuju masyarakat yang terbuka.

Karena begitu relasi dan interaksi antar mereka menumbuhkan jiwa kosmopoi dan Jiwa kasmopolitan dan egalitarian merupakan mental spiritual anak bangsa, dan mereka ini berimajinasi merdeka, baik segi institusional politikal, dan materologi, teknologi tertuang dalam philsofische gronds.

Paradigma mental spiritual, institusional political, dan material teknologikal adalah indikator, gaya peradaban negara bangsa yang di imajinasikan pendiri bangsa. Mental spiritual adalah ranah budaya, sedangkan institusional political dan material teknologikal sebagai ranah peradaban, dan ketiganya menjadi dasar membangun kelembagaan, dan tata-kelola pemerintahan.

Mental spiritual (budaya) melekat pada Sila Pertama, Kedua dan Ketiga, sedangkan institusional political material teknologikal (peradaban) melekat pada Sila Keempat dan Kelima. Masyarakat pra negara-bangsa telah memiliki living values, zeitgeist (jiwa zaman kala itu), dan kepribadian berbudaya yang berkembang pada tataran lokal. Living values masyarakat Indonesia di masa lalu saling bertemu, berdialektika, dan mencapai konsensus melalul jaringan ekonomi dan politik.

Sementara itu Dr. Zainul Abas, S.Ag. MAg (Dekan Pascarjana lAIN Surakarta/ FKUB Kab. Sukoharjo) lebih menyoroti kepada radikalisme dikatakan bahwa Radikal adalah sesutu yang bersifat mendasar atau hingga ke dalam sebuah pikiran, ini dapat dikenalkan pada pemikiran paham atau gerakan sehinga manual istilah pemikiran yang radikal paham radikal atau gerakan radikal. Istilah radkalisme berbeda dengan istilah terorisme. Terorisme adalah ancaman atau penggunaan kekerasan secara ilegal yang dilakukan oleh aktor non-negara baik berupa perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan politis, ekonomi relejius atau sosial dengan menyebaran ketakutan, paksaan, atau intimidasi.

Peran PTKIN merupakan insitusi pendidikan yang memiliki peran strategis dalam menanggulangi radikalisme, terutama berbasis agama. PTKIN dalam usahanya merupakan institusi pendidikan yang berbasis dalam mengembangkan riset dan wawasan keislaman yang moderat dan indusif namun, di dalam satu dasawarsa. PTKIN menghadapi tantangan baru yaitu munculnya bibit-bibit dan gerakan radikalisme di kampus. Tantangn baru ini tentu bukan sesutu yang harapkan dan di cia-citakan dalam PTKIN di Indonesia.

Munculnya fenomena radikalisme di PTKIN bisa di jadikan sebagai langkah yang tidak baik (fenomena yang menyimpang dari cita-cita luhur pandiri, tokoh-tokoh pendiri dari perintis PTKIN. Peran PTKIN dalam menangkal radikalisme di mulai dari kampus menyusun struktur kurikulum dan baromater pembelajaran yang penting.

Dalam pelaksanaan seminar mahasiswa sangat antusias di buktikan dengan banyaknya yang hadir melebihi undangan dari panitia, seminar dengan tema Pelatihan Bela Negara sangat bagus untuk di laksanakan terutama di kampus, sebagai pembelajaran akademik terkait bela negara.