DRAMA KOLOSAL MERIAHKAN UPACARA HUT RI KE 70 DI ALUN-ALUN SUKOHARJO



Senin (17/08).   Jerit tangis penderitaan rakyat Indonesia memecah kenteraman di Bumi Asesuko Karaharjan (Sukoharjo). Kolonial Belanda merampas kebahagiaan rakyat yang hidup damai sejahtera. Mereka menindas dan mengadu domba rakyat Indonesia yang kelaparan.
Banyak pahlwan kusuma bangsa gugur demi menurunkan bendera Merah Putih Biru yang berkibar menantang angin. Perlawanan demi perlawanan yang disusun di daerah tidak berhasil mengibarkan merah putih pada tiangnya. Hingga suatu ketika, pasukan dibawah komando Ir. Soekarno melancarkan serangan. Teriakan Allahu akbar pecah seiring ayunan golok dan berbagai senjata tradisional serta bendera yang terikat pada bambu runcing.

Rakyat Indonesia bersatu dan menyerbu tentara Belanda yang sudah terlalu lama menjajah negeri ini. Pasukan mendesak dan memasuki markas tentara Belanda. Merebut dan menurunkan bendera Belanda dari tiangnya.  Teriakan kemerdekaan membahana seiring dirobeknya bendera merah, putih, biru  milik Belanda menjadi bendera merah putih. Datanglah Sang Proklamator Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Rakyat Indonesia. Berkibarlah bendera putih di atas tiang tertinggi diiringi lagu Indonesia Raya.

Itulah alur cerita drama kolosal yang diperankan lebih dari 500 orang dari berbagai komponen/komunitas  masyarakat Sukoharjo diakhir Upacara Bendera memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-70 di Alun-alun Satya Negara, Sukoharjo.
Dandim 0726/Sukoharjo, Letkol Inf Riyanto, S.I.P yang bertindak sebagai Ir. Soekarno (Sang Proklamator) yang didampingi Ketua Persit KCK Cab. XLVII Ny. Nanik Riyanto sebagai Ibu Fatmawati dalam drama tersebut menyampaikan  “Drama kolosal ini sengaja kami rencanakan untuk memberikan gambaran bagaimana para pejuang dan para pahlawan meraih kemerdekaan. Dari sini paling tidak ada satu nilai-nilai yang bisa kita tanamkan untuk adik-adik dan diri kita, bahwa kemerdekaan itu bukan pemberian Belanda, tapi didapat dari hasil perjuangan para pahlawan pendahulu kita.   Mereka berjuang tanpa pamrih, mengorbankan harta, benda, bahkan nyawanya untuk meraih kemerdekaan itu.  Kami ingin Upacara Bendera peringatan HUT Kemerdekaan yang digelar dengan biaya tinggi itu berakhir begitu saja. Disamping untuk memberi hiburan kepada masyarakat yang terpenting adalah untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan pada para generasi kita, sehingga akan terbentuk karakater bangsa yang diharapkan,” katanya